Jumat, 10 Juni 2011

METODE RESITASI


1. Definisi metode Resitasi
Imansjah Alipandie dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa : metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya dipertanggung-jawabkan.[1]
Sedangkan Slameto mengemukakan bahwa Metode resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.[2]
20
 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau di luar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.
Metode resitasi merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti di atas, guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran.[3]
Salah satu strategi belajar yang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun di perpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat di sekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran. Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada objek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu.[4]
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka peroleh dari guru di sekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Peranan penugasan kepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya.[5]
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru diharuskan memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah mengemukakan bahwa dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan memberi motivasi belajar siswa.[6]
Adapun prosedur metode resitasi yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran antara lain : memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu secara teratur, memanfaatkan waktu luang, melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di luar kelas.[7]
Selanjutnya, metode resitasi ini dianggap efektif Imansyah Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu : merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang diberikan harus jelas, waktu yang disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup.[8] Sudirman dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode resitasi yaitu :
a. Tugas yang diberikan harus jelas
b. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
c. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
d. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
e. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas.[9]
Metode resitasi mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan metode resitasi adalah anak menjadi terbiasa mengisi waktu luangnya, memupuk rasa tanggung jawab, melatih anak berfikir kritis, tekun, giat dan rajin. Sedangkan kelemahan metode resitasi antara lain : tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan meniru, karena perbedaan individual anak tugas diberikan secara umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang yang lain merasa mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering diberikan maka ketenangan mental pada siswa terpengaruh (Imanjah Alipandie, 1984:92)[10]
2. Indikasi Metode Resitasi
Metode pembelajaran resitasi mengandung tiga unsur ialah : pemberian tugas, belajar, resitasi. Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.  Pemberian  tugas  sebagai  suatu  metode  mengajar merupakan  suatu  pemberian  pekerjaan  oleh  guru  kepada  siswa  untuk mencapai tujuan  pengajaran tertentu.  Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari.
Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau  biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekadar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada  home work.  Akan  tetapi  keduanya  mempunyai kesamaan  ialah : mempunyai  unsur  tugas,  dikerjakan  oleh  siswa  dan dilaporkan hasilnya.
Menurut Mulyani Sumantri (2002 : 135)  berhasil  dan  tidaknya dalam menerapkan metode pemberian tugas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

  1. tujuan yang akan dicapai
  2. Materi yang akan ditugaskan, termasuk buku-buku sumber.
  3. Fasilitas dan alat-alat yang tersedia.
  4. Melihat kemampuan siswa, apakah materi yang ditugaskan memberatkan siswa atau tidak.
  5. Alokasi waktu
  6. Memperhatikan kondisi dan kesanggupan siswa dalam mengerjakan tugas.
  7. Memperhatikan tugas yang diberikan oleh guru-guru bidang studi lainnya.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan metode pemberian tugas :
a.       Jangan memberikan tugas yang berhubungan dengan bahan yang belum diajarkan.
b.      Tugas hendaknya dirasakan penting oleh setiap anak.
c.       Tugas hendaknya jelas batas-batasnya.
d.      Usahakan mempersiapkan format atau lembar kerja yang diperlukan.
e.       Guru hendaknya mempelajari dengan sungguh-sungguh, apakah suatu tugas dapat disesuaikan  dengan  perbedaan  anak  secara perorangan atau tidak.
f.        Perhatikan juga waktu, yang ada pada anak-anak.
g.       Tugas hendaknya diperiksa sendiri oleh guru agar guru dapat mengetahui sampai dimana kemampuan anak dalam memahami/ mendalami materi yang telah diberikan, (Depdikbud, 1996: 23).

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 212) metode pemberian  tugas untuk menambah penguasaan siswa atas materi yang telah disajikan guru baik bersifat individual maupun kelompok, tergantung kebutuhan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Tugas yang diberikan  harus  berhubungan  erat  dengan  materi  yang diberikan
b.      Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
c.       Tugas yang diberikan harus sesuai atau tidak berlawanan dengan sikap dan perasaan hatinya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan senang hati.
d.      Tugas yang diberikan harus jelas, baik jenis volume, maupun batas waktu penyesuaiannya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
  1. Kelebihan metode resitasi
1)      Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang kondusif.
2)      Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pelajaran, sebab dalam metode ini siswa harus mempertanggung jawabkanya tugas yang telah dikerjakan kepada guru.
3)      Memberikan kebiasaan anak untuk giat belajar.
4)      Memberikan tugas kepada anak yang bersifat praktis, umumnya membuat laporan tentang kegiatan peribadahan di daerah masing-masing, kegiatan bakti sosial dan lain sebagainya.
5)      Membiasakan anak untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang diberikan.
6)      Memupuk kemandirian siswa serta mendorong siswa untuk berlomba mengejar cita-cita.
7)      Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan serta kecakapan peserta didik.
8)      Waktu yang digunakan tidak terbatas sampai jam-jam sekolah.
  1. Kekurangan metode resitasi
1)      Seringkali tugas di rumah dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang tugas tersebut yang akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai.
2)      Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individu anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3)      Seringkali anak tidak mengerjakan tugas dengan baik karena mereka cukup menyalin pekerjaan temannya.
4)      Apabila tugas terlalu banyak dan berat akan mengganggu keseimbangan mental anak
5)      Kadang-kadang pembahasanya kurang sempurna.
6)      Apabila tugas terlalu banyak akan membuat siswa terganggu dan siswa asal mengerjakan saja.
7)      Peserta didik yang terlalu lamban atau mundur prestasinya sukar sekali belajar.
Dari beberapa uraian dan penjelasan di atas, kiranya dapat memberikan gambaran dalam melaksanakan atau menerapkan metode resitasi. Dari situ dapat ditarik kesimpulan tujuan dari tugas tersebut antara lain: harus jelas, disesuaikan dengan jiwa perkembangan anak didik, serta anak didik diajak untuk membahas tugas yang akan dikerjakan dan akan dinilai. Selain itu juga merangsang keaktifan anak didik dalam belajar, sehingga pengetahuan yang diterima oleh anak didik lebih lengkap dan siswa dapat mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri dan mencoba sendiri untuk mempraktekan.


[1] Alipandie, Imansyah,1984. Didaktik Metodik Pendidikan . Surabaya: Penerbit Usaha Nasional,  hal 91
[2]  Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, hal 115
[3] Rostiyah, N.K. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara, hal 32
[4] Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang, hal 5
[5] Pasaribu, L.L. 1986. Didaktik Metodik. Bandung: Tarsito, hal 108
[6] Rostiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara, hal 113
[7]Sri Anitah Wiryawan. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Uiversitas Terbuka Jakarta, hal 30
[8]Alipandie, Imansyah,1984. Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, hal 93
[9]  Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : Penerbit PT. Bina Aksarah, hal 145
[10] Alipandie, Imansyah,1984. Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, hal 92

0 komentar:

Posting Komentar